Naik kereta api tut..
tut.. tut.. siapa hendak turun, ke Bandung Surabaya
Bolehlah naik dengan
percuma
Ayo kawanku lekas
naik, kereta ku tak berhenti lama.
Begitulah sepenggal
lirik lagu “Naik Kereta Api” yang sering dinyanyikan oleh anak-anak. Sama seperti
saya, sore itu saya sedang mengisi waktu liburan dengan bermain sambil
mengajarkan adik sepupu saya menyanyikan lagu tersebut.
Obrolan tentang kereta pun berlanjut antara saya dengan
kakak laki-laki saya. Kami berdua membahas tentang Commuter Line yang sudah memiliki kemajuan. Kebetulan kakak laki-laki
saya juga sedang ambil cuti kerja dan saya libur semesteran, akhirnya kami
memutuskan untuk pergi bersama yang kemanapun tujuannya harus naik kereta api. Pilihan
awal kami berdua adalah ke Jogja. Kami langsung membukan aplikasi pemesanan
tiket di Tiket.com untuk mencari tau harga kereta api sesuai dengan jenis
kereta api yang akan kita naiki.
Ditengah pencarian harga dan kereta api, tiba-tiba kami
berdua berubah pikiran untuk merubah rencana untuk berlibur ke
Pulau Dewata, Bali. Setelah sepakat kami pun mencari harga tiket kereta api
menuju Bali. Ternyata tidak ada tiket kereta api yang bisa langsung dari
Jakarta menuju Banyuwangi. Jadi mau tidak mau kami berdua harus melakukan trip
secara estafet dari Jakarta menuju Surabaya, kemudian dari Surabaya kami harus
berganti kereta lagi untuk sampai ke stasiun Banyuwangi.
Setelah itu, kami bedua segera bergegas untuk membeli tiket
secara langsung di Indomart. Kami berdua memilih untuk naik kereta api kelas
ekonomi AC, KA. KertaJaya untuk sampai ke Surabaya dengan harga Rp 265.000 per orangnya. Kemudian dari Surabaya menuju Denpasar kami menaiki KA. Mutiara
Timur kelas bisnis dengan harga Rp 167.000 per orang.
Dari Jakarta kami berdua tidak mencari atau memesan
peginapan terlebih dahulu, karena kami berencana untuk mencarinya sendiri jika
sesampainya di Bali. Setelah tiket sudah ditangan, kami melakukan
packing barang-barang apa saja yang dibutuhkan dan jangan lupa selalu membawa
identitas diri.
Karena perjalanan kali ini menggunakan kereta api, untuk
mempermudah naik turun kendaraan nanti kami memutuskan untuk menggunakan
caarrier atau tas gunung. Dan untu perjalanan pulang nanti, kami berdua memutuskan untuk naik
pesawat karena beberapa pertimbangan yang sudah kami pikirkan salah satunya
jika kami berdua membawa oleh-oleh
makanan yang mudah basi atau barang pecah belah yang mudah rusak. Kebayang dong
kalau naik kereta akan lebih sulit dibandingkan dengan naik pesawat??
Tut.. Gujes
Gujes.. Yuhuu perjalanan trip ke Bali dimulai !
Perjalanan akan kami mulai dari stasiun gambir menuju
Surabaya. Kami mulai menaiki kereta dan mencari nomor kursi yang sesuai dengan
tiket yang sudah dicetak. Tepat pukul 16:00 sore, perjalanan kami dari stasiun gambir
Jakarta menuju Surabaya dimulai.
Perjalanan yang panjang dan membutuhkan banyak waktu tidak
membuat kami khawatir kelaparan, karena kami membawa perbekalan cemilan yang
sangat cukup dimakan selama perjalanan. Selain itu kami juga bisa memesan
makanan dan minuman di dalam kereta karena kereta yang kami naiki memiliki
restaurant sendiri. Saya dan kakak saya membeli nasi goreng seharga Rp
25.000 untuk satu box nya. Jangan mengharapkan makan nasi goreng di kereta seenak nasi
goreng buatan rumah karena rasanya tentu berbeda, dan harganya pun terbilang
lumayan mahal.
Sesampainya di stasiun Surabaya..
Setelah kurang lebih 12 jam perjalanan, akhirnya kami sampai
di stasiun Surabaya pada pukul 04:30 pagi. Kami berdua keluar stasiun dan
mencari masjid untuk melakukan ibadah sholat subuh sebelum melanjutkan
perjalanan menuju stasiun Banyuwangi Baru.
Setelah selesai, kami berdua bertemu dengan banyak para backpacker dari
Malaysia yang juga ingin ke Bali.
Asik berbincang-bincang kami pun lapar dan segera mencari
makanan untuk sarapan. Nasi uduk jadi pilihan, tidak cukup makan hanya satu
bungkus karena ukurannya yang kecil. Satu bungkus nasi uduk hanya Rp 3.000 saja, lumayan untuk mengisi perut kosong setelah berjam-jam di perjalanan.
Waktu juga menenjukan pukul 07:00 pagi, namun kereta mutiara
timur tidak kunjung datang juga. Penumpang yang menunggu sudah tidak beraturan,
ada yang tidur di sofa tunggu, hingga dilantai. Ternyata kereta yang akan
membawa kami ke Banyuwangi itu tertahan karena adanya genangan air yang
menutupi rel di daerah Sidoardjo.
Setelah berjam-jam menunggu akhirnya kereta datang pukul
11:00 siang, sungguh ngaret karena harusnya kami bernagkat dari stasiun Surabaya menuju Banyuwangi pukul 07:00 pagi. Kamipun segera masuk dan mencari tempat duduk. Perjalanan menuju
stasiun Banyuwangi Baru akan lebih lama karena kereta harus muter lebih jauh
untuk menghindari kawasan banjir. Seharusnya kami bisa sampai di stasiun
Banyuwangi malam, tetapi karena muter terlalu jauh diperkirakan kami akan
sampai di Stasiun Banyuwangi Baru pada pagi hari.
Tiba di stasiun
Banyuwangi Baru
Mmmhhhh.. udara pagi Banyuwangi yang sejuk terhidup
dalam-dalam. Akhirnya kami tiba di stasiun Banyuwangi Baru pada pukul 05:30.
Setelah sampai, kami harus melanjutkan perjalanan menuju Kota Denpasar dengan
menggunakan bus DAMRI untuk selanjutnya menyebrang dari pelabuhan ketapang
menuju Selat Bali menuju pelabuhan Gilimanuk. Sambil menunggu bus DAMRI datang,
kami sarapan pagi di depan stasiun Banyuwangi makanan nasi pedas mirip dengan
nasi uduk dan langsung kami lahap.
Akhirnya setelah menunggu, bus DAMRI pun datang dan
kami langsung bergegas masuk ke dalam bus. Ongkos bus DAMRI dikenakan Rp
60.000 per orang itu sudah termasuk ongkos masuk pelabuhan. Kurang lebih 1
setengah jam akhirnya kami sampai di pelabuhan gilimanuk dan langsung
melanjutkan perjalanan yang cukup lama 3-4 jam lagi untuk sampai di terminal
ubung, Denpasar.
Karena perjalanan yang cukup jauh, bus DAMRI yang kita
tumpangi berhenti di salah satu restaurant yang bisa menjadi tempat
pemberhentian bus. Kami pun beristirahat dengan menikmati es kelapa dan nasi
campur khas bali beserta sate lilitnya. Yummm… rasa lelah sedikit terbayarkan.
Sampai di terminal
ubung
Dari terminak ubung kami memutuskan untuk naik taksi ke
daerah Legian, lokasi yang kami pilih untuk mencari tempat penginapan. Mengapa
harus di Legian? Karena lokasinya yang ramai dan strategis dekat dengan tempat
wisata pantai Kuta. Sesampainya di Legian, tidak jauh dari tempat kami turun
taksi, kami mencari tempat penginapan yang cocok dan nyaman untuk disinggahi.
Akhirnya kami dapat disalah satu penginapan yang memiliki berbagai range harga
kamar. Untuk yang tidak ber-AC dikenakan biaya Rp 90.000 – 150.000 per malam,
harga berbeda disesuaikan ukuran kamarnya. Selain itu untuk yang AC dikenakan
biaya Rp 300.000 per malamnya.
Akhirnya tubuh ini bertemu juga dengan tempat tidur. Lelah
rasanya dan hari juga mulai malam kamipun beristirahat untuk melanjutkan
liburan kami di hari esok.
Hari pertama di Bali
Bagi kami berdua, tidak ke Bali namanya kalau tidak makan
nasi campur Bu Oki. Meskipun jaraknya cukup jauh dari tempat penginapan kami,
tidak membuat kami putus asa untuk menuju tempat nasi campur yang berlokasi di
Jimbaran. Tempat penginapan kami menyewakan jasa pinjam motor, kami pun
langsung menyewanya dengan menitipkan KTP salah satu dari kami. Akhirnya KTP
kakak saya dijadikan jaminan untuk sewa motor selama 3 hari di Bali dengan
harga Rp 300.000. Bagi kamu yang akan berlibur ke Bali sebaiknya menggunakan
motor saja agar bisa lebih cepat menuju tempat wisata yang jaraknya banyak yang
berjauhan.
Setelah dapat peminjaman motor, kami langsung bergegas
menuju tempat nasi campur Bu Oki. Rute perjalanan menuju tempat makan menjadi
rute favorite, karena kami akan berjalan diatas jalan tol atas laut. Jadi
disepanjang menuju Jimbaran saya bisa melihat luasnya hamparan laut Bali dan
pesawat yang akan lepas landai. Jalan tol tersebut menyediakan dua jalur untuk
motor dan mobil.
Sampai di tempat makan kami membagi tugas, saya mencari
tempat duduk dan kakak saya memesan makanannya. Kalau tidak begitu kami berdua
tidak akan mendapat tempat duduk karena warung nasi Bu Oki ini selalu ramai dan
menjadi incaran para pengunjung yang berlibur di Bali. Harga nasi campur bu Oki kisaran Rp 20.000, harganya yang terbilang murah namun rasanya mewah.
Selesai makan, kami langsung berpindah tempat menuju wisata
Uluwatu. Di tengah perjalanan, helm yang saya pakai terlepas dan jatuh kejurang
yang ada di pinggir jalan. Sedih dan panik karena bingung bagaimana pulangnya
kalau saya tidak memakai helm. Selain tidak aman, kami juga tidak bisa pulang
melewati tol atas laut lagi.
Sampai di wisata
Uluwatu
Sesampainya di Uluwatu kami langsung menuju loket tiket,
harga masuk untuk satu orang dikenakan biaya Rp 15.000. Sebelum masuk para
wisatawan diminta untuk memakai kain yang dipakai dengan cara dililitkan di
bagian pinggang. Saya merasa sedikit kesulitan karena ikatan yang dipakai oleh “Bli”
sapaan untuk setiap pria di Bali berbeda dengan hasil ikatan saya sendiri.
Akhirnya saya dibantu untuk mengikat kain tersebut di pinggang saya.
Masuk ke dalam Uluwatu kami bertemu dengan banyak monyet
jahil yang bisa tiba-tiba merampas barang pengunjung. Di sarankan untuk kamu
yang ingin menuju ke tempat ini jangan mengeluarkan barang yang bisa dengan
mudah di rampas oleh monyet-monyet contohnya seperti kacamata, jepit rambut dan
lain sebagainya. Tapi jangan takut, karena ada petugas yang akan memantau dan
mengawasi jika kamu memerlukan bantuan.
Wahh… pesona air laut biru yang terlihat dari atas membuat
jatuh cinta bagi siapa saja yang melihatnya. Deburan ombak yang terdengar halus
dari kejauhan membuat mata tidak lelah untuk memandang. Jadi tidak heran kalau
wisatawan yang datang banyak yang mengabadikan moment tersebut dengan
berfoto-foto meskipun cuacanya sangat panas.
Dan kamipun tidak mau
kalah dengan wisata lain dan menyempatkan untuk berfoto sebelum berkeliling di
Pura Uluwatu. Sudah cukup lelah akhirnya kami memutuskan untuk pulang ke
penginapan dan beristirahat untuk melanjutkan hari esok.
Hari kedua
Hari ini kami berdua melanjutkan liburan dengan berwisata ke
Pantai Pandawa. Jalan menuju Pantai Pandawa terdapat pasir pasir putih yang
ternyata itu adalah serpihan dari batu kapur. Konon katanya, daerah Pantai
Pandawa adalah gunung kapur yang kemudian terbelah menjadi dua. Kalau dilihat
dari bentuknya memang sedikit menyerupai gunung kapur yang menjulang tinggi. Disela-sela temboknya terdapat beberapa patung Dewa.
Setelah sampai di Pantai Pandawa langsung di sambut dengan
ditawarkan permainan air yang ada di Pantai Pandawa yaitu bermain Kanu. Bermain
Kanu dikenai harga Rp 50.000 itu bisa bermain sampai bosan. Kemudian untuk sewa
tempat duduk dipinggir pantai juga dikenakan harga Rp 50.000.
Bermain kanu sedikit gampang-gampang susah, namun sebelum
mulai bermain kami diarahkan oleh Bli bagaimana cara menjalankan kanu. Dan tidak
lupa kamipun menggunakan alat pengaman pelampung. Setengah jam terombang ambing
diatas kanu membuat kakak saya merasa mual. Akhirnya kami memutuskan untuk
pergi ke pinggir pantai dan menyudahi permainan kanu dan melanjutkannya
berenang biasa.
Air lautnya yang sangat asin lama kelamaan membuat mata saya
pedih. Perut juga sudah mulai terasa lapar, tetapi kakak saya tidak mau makan
ditempat, ia mengajak saya untuk makan nasi jinggo yang merupakan makanan khas
asal Bali. Memang kamu bisa menemui banyak orang yang berjulan nasi jinggo,
tapi ada nasi jinggo asli buatan bali yang kami suka yang tempatnya di dekat
Pura arah satu jalan. Makan nasi jinggo tidak cukup satu bungkus, bisa 2-3
bungkus sekali makan karena rasanya yang nagih. Harga satu bungkus nasi jinggo
Rp 7.000 saja. Setelah beli nasi jinggo untuk santapan makan malam, kami
langsung bergegas pulang kepenginapan dan beristirahat untuk melanjutkan hari
esok.
Hari Ketiga
Hari ini merupakan hari terakhir kami berlibur di Bali.
Sedih rasanya, karena kapan lagi punya qualitytime bareng kakak yang udah
sibuk dengan urusan dan pekerjaan masing-masing. Jadi hari terakhir kami
gunakan untuk melihat sunrise di Pantai sanur yang lokasinya sangat jauh dari
Legian.
Setelah itu siangnya
kami berkeliling untuk belanja oleh-oleh titipan keluarga dirumah dan teman
masing-masing. Dari satu tempat ke tempat yang lain sampai semua lengkap
dibeli. Seselesainya kami langsung balik
menuju penginapan untuk menaruh semua oleh-oleh. Setelah itu kami makan siang
di warung nasi campur Bu Oki lagi, dengan begitu kami kembali melewati rute
favorite lagi yaitu jalan di atas jalan tol laut, yuhuuuu…
Penutup hari terakhir kami lakukan di La Planca yang
berlokasi di Seminyak tidak terlalu jauh dari tempat penginapan. Akhirnya di La
Planca kami menikmati sunset yang indah ditemani dengan warna warni khas La
Planca. Semakin sore suasana semakin romantis saja, andai kami berdua bersama
dengan pasangan masing-masing pasti akan menjadi penutup liburan termanis kali
ini. Hari semakin gelap kami pun langsung bergegas balik ke penginapan dan
membeli makanan untuk makan malam. Setelah itu kami pun beristirahat agar tidak telat sampai bandara besok paginya.
Kemanapun dan dimanapun tempat kita berlibur, kalau bersama
orang yang kita sayangi pasti akan terasa sangat menyenangkan.
Can’t wait for our
next trip Abang…