Wednesday, January 18, 2017

Trip Ke Bali Yang Penuh Sensasi

Naik kereta api tut.. tut.. tut.. siapa hendak turun, ke Bandung Surabaya
Bolehlah naik dengan percuma
Ayo kawanku lekas naik, kereta ku tak berhenti lama.


Begitulah  sepenggal lirik lagu “Naik Kereta Api” yang sering dinyanyikan oleh anak-anak. Sama seperti saya, sore itu saya sedang mengisi waktu liburan dengan bermain sambil mengajarkan adik sepupu saya menyanyikan lagu tersebut.


Obrolan tentang kereta pun berlanjut antara saya dengan kakak laki-laki saya. Kami berdua membahas tentang Commuter Line yang sudah memiliki kemajuan. Kebetulan kakak laki-laki saya juga sedang ambil cuti kerja dan saya libur semesteran, akhirnya kami memutuskan untuk pergi bersama yang kemanapun tujuannya harus naik kereta api. Pilihan awal kami berdua adalah ke Jogja. Kami langsung membukan aplikasi pemesanan tiket di Tiket.com untuk mencari tau harga kereta api sesuai dengan jenis kereta api yang akan kita naiki.


Ditengah pencarian harga dan kereta api, tiba-tiba kami berdua berubah pikiran untuk merubah rencana untuk berlibur ke Pulau Dewata, Bali. Setelah sepakat kami pun mencari harga tiket kereta api menuju Bali. Ternyata tidak ada tiket kereta api yang bisa langsung dari Jakarta menuju Banyuwangi. Jadi mau tidak mau kami berdua harus melakukan trip secara estafet dari Jakarta menuju Surabaya, kemudian dari Surabaya kami harus berganti kereta lagi untuk sampai ke stasiun Banyuwangi.


Setelah itu, kami bedua segera bergegas untuk membeli tiket secara langsung di Indomart. Kami berdua memilih untuk naik kereta api kelas ekonomi AC, KA. KertaJaya untuk sampai ke Surabaya dengan harga Rp 265.000 per orangnya. Kemudian dari Surabaya menuju Denpasar kami menaiki KA. Mutiara Timur kelas bisnis dengan harga Rp 167.000 per orang. 


Dari Jakarta kami berdua tidak mencari atau memesan peginapan terlebih dahulu, karena kami berencana untuk mencarinya sendiri jika sesampainya di Bali. Setelah tiket sudah ditangan, kami melakukan packing barang-barang apa saja yang dibutuhkan dan jangan lupa selalu membawa identitas diri. 


Karena perjalanan kali ini menggunakan kereta api, untuk mempermudah naik turun kendaraan nanti kami memutuskan untuk menggunakan caarrier atau tas gunung. Dan untu perjalanan pulang nanti, kami berdua memutuskan untuk naik pesawat karena beberapa pertimbangan yang sudah kami pikirkan salah satunya jika kami berdua membawa oleh-oleh makanan yang mudah basi atau barang pecah belah yang mudah rusak. Kebayang dong kalau naik kereta akan lebih sulit dibandingkan dengan naik pesawat??



Tut.. Gujes Gujes.. Yuhuu perjalanan trip ke Bali dimulai !


Perjalanan akan kami mulai dari stasiun gambir menuju Surabaya. Kami mulai menaiki kereta dan mencari nomor kursi yang sesuai dengan tiket yang sudah dicetak. Tepat pukul 16:00 sore, perjalanan kami dari stasiun gambir Jakarta menuju Surabaya dimulai.


Perjalanan yang panjang dan membutuhkan banyak waktu tidak membuat kami khawatir kelaparan, karena kami membawa perbekalan cemilan yang sangat cukup dimakan selama perjalanan. Selain itu kami juga bisa memesan makanan dan minuman di dalam kereta karena kereta yang kami naiki memiliki restaurant sendiri. Saya dan kakak saya membeli nasi goreng seharga Rp 25.000 untuk satu box nya. Jangan mengharapkan makan nasi goreng di kereta seenak nasi goreng buatan rumah karena rasanya tentu berbeda, dan harganya pun terbilang lumayan mahal.



Sesampainya  di stasiun Surabaya..


Setelah kurang lebih 12 jam perjalanan, akhirnya kami sampai di stasiun Surabaya pada pukul 04:30 pagi. Kami berdua keluar stasiun dan mencari masjid untuk melakukan ibadah sholat subuh sebelum melanjutkan perjalanan menuju stasiun Banyuwangi  Baru. Setelah selesai, kami berdua bertemu dengan banyak para backpacker dari Malaysia yang juga ingin ke Bali.


Asik berbincang-bincang kami pun lapar dan segera mencari makanan untuk sarapan. Nasi uduk jadi pilihan, tidak cukup makan hanya satu bungkus karena ukurannya yang kecil. Satu bungkus nasi uduk hanya Rp 3.000 saja, lumayan untuk mengisi perut kosong setelah berjam-jam di perjalanan.


Waktu juga menenjukan pukul 07:00 pagi, namun kereta mutiara timur tidak kunjung datang juga. Penumpang yang menunggu sudah tidak beraturan, ada yang tidur di sofa tunggu, hingga dilantai. Ternyata kereta yang akan membawa kami ke Banyuwangi itu tertahan karena adanya genangan air yang menutupi rel di daerah Sidoardjo.


Setelah berjam-jam menunggu akhirnya kereta datang pukul 11:00 siang, sungguh ngaret karena harusnya kami bernagkat dari stasiun Surabaya menuju Banyuwangi pukul 07:00 pagi. Kamipun segera masuk dan mencari tempat duduk. Perjalanan menuju stasiun Banyuwangi Baru akan lebih lama karena kereta harus muter lebih jauh untuk menghindari kawasan banjir. Seharusnya kami bisa sampai di stasiun Banyuwangi malam, tetapi karena muter terlalu jauh diperkirakan kami akan sampai di Stasiun Banyuwangi Baru pada pagi hari.



Tiba di stasiun Banyuwangi Baru


Mmmhhhh.. udara pagi Banyuwangi yang sejuk terhidup dalam-dalam. Akhirnya kami tiba di stasiun Banyuwangi Baru pada pukul 05:30. Setelah sampai, kami harus melanjutkan perjalanan menuju Kota Denpasar dengan menggunakan bus DAMRI untuk selanjutnya menyebrang dari pelabuhan ketapang menuju Selat Bali menuju pelabuhan Gilimanuk. Sambil menunggu bus DAMRI datang, kami sarapan pagi di depan stasiun Banyuwangi makanan nasi pedas mirip dengan nasi uduk dan langsung kami lahap.


Akhirnya setelah menunggu, bus DAMRI pun datang dan kami langsung bergegas masuk ke dalam bus. Ongkos bus DAMRI dikenakan Rp 60.000 per orang itu sudah termasuk ongkos masuk pelabuhan. Kurang lebih 1 setengah jam akhirnya kami sampai di pelabuhan gilimanuk dan langsung melanjutkan perjalanan yang cukup lama 3-4 jam lagi untuk sampai di terminal ubung, Denpasar.


Karena perjalanan yang cukup jauh, bus DAMRI yang kita tumpangi berhenti di salah satu restaurant yang bisa menjadi tempat pemberhentian bus. Kami pun beristirahat dengan menikmati es kelapa dan nasi campur khas bali beserta sate lilitnya. Yummm… rasa lelah sedikit terbayarkan.



Sampai di terminal ubung


Dari terminak ubung kami memutuskan untuk naik taksi ke daerah Legian, lokasi yang kami pilih untuk mencari tempat penginapan. Mengapa harus di Legian? Karena lokasinya yang ramai dan strategis dekat dengan tempat wisata pantai Kuta. Sesampainya di Legian, tidak jauh dari tempat kami turun taksi, kami mencari tempat penginapan yang cocok dan nyaman untuk disinggahi. Akhirnya kami dapat disalah satu penginapan yang memiliki berbagai range harga kamar. Untuk yang tidak ber-AC dikenakan biaya Rp 90.000 – 150.000 per malam, harga berbeda disesuaikan ukuran kamarnya. Selain itu untuk yang AC dikenakan biaya Rp 300.000 per malamnya.


Akhirnya tubuh ini bertemu juga dengan tempat tidur. Lelah rasanya dan hari juga mulai malam kamipun beristirahat untuk melanjutkan liburan kami di hari esok.



Hari pertama di Bali


Bagi kami berdua, tidak ke Bali namanya kalau tidak makan nasi campur Bu Oki. Meskipun jaraknya cukup jauh dari tempat penginapan kami, tidak membuat kami putus asa untuk menuju tempat nasi campur yang berlokasi di Jimbaran. Tempat penginapan kami menyewakan jasa pinjam motor, kami pun langsung menyewanya dengan menitipkan KTP salah satu dari kami. Akhirnya KTP kakak saya dijadikan jaminan untuk sewa motor selama 3 hari di Bali dengan harga Rp 300.000. Bagi kamu yang akan berlibur ke Bali sebaiknya menggunakan motor saja agar bisa lebih cepat menuju tempat wisata yang jaraknya banyak yang berjauhan.


Setelah dapat peminjaman motor, kami langsung bergegas menuju tempat nasi campur Bu Oki. Rute perjalanan menuju tempat makan menjadi rute favorite, karena kami akan berjalan diatas jalan tol atas laut. Jadi disepanjang menuju Jimbaran saya bisa melihat luasnya hamparan laut Bali dan pesawat yang akan lepas landai. Jalan tol tersebut menyediakan dua jalur untuk motor dan mobil.


Sampai di tempat makan kami membagi tugas, saya mencari tempat duduk dan kakak saya memesan makanannya. Kalau tidak begitu kami berdua tidak akan mendapat tempat duduk karena warung nasi Bu Oki ini selalu ramai dan menjadi incaran para pengunjung yang berlibur di Bali. Harga nasi campur bu Oki kisaran Rp 20.000, harganya yang terbilang murah namun rasanya mewah.


Selesai makan, kami langsung berpindah tempat menuju wisata Uluwatu. Di tengah perjalanan, helm yang saya pakai terlepas dan jatuh kejurang yang ada di pinggir jalan. Sedih dan panik karena bingung bagaimana pulangnya kalau saya tidak memakai helm. Selain tidak aman, kami juga tidak bisa pulang melewati tol atas laut lagi.



Sampai di wisata Uluwatu


Sesampainya di Uluwatu kami langsung menuju loket tiket, harga masuk untuk satu orang dikenakan biaya Rp 15.000. Sebelum masuk para wisatawan diminta untuk memakai kain yang dipakai dengan cara dililitkan di bagian pinggang. Saya merasa sedikit kesulitan karena ikatan yang dipakai oleh “Bli” sapaan untuk setiap pria di Bali berbeda dengan hasil ikatan saya sendiri. Akhirnya saya dibantu untuk mengikat kain tersebut di pinggang saya.


Masuk ke dalam Uluwatu kami bertemu dengan banyak monyet jahil yang bisa tiba-tiba merampas barang pengunjung. Di sarankan untuk kamu yang ingin menuju ke tempat ini jangan mengeluarkan barang yang bisa dengan mudah di rampas oleh monyet-monyet contohnya seperti kacamata, jepit rambut dan lain sebagainya. Tapi jangan takut, karena ada petugas yang akan memantau dan mengawasi jika kamu memerlukan bantuan.


Wahh… pesona air laut biru yang terlihat dari atas membuat jatuh cinta bagi siapa saja yang melihatnya. Deburan ombak yang terdengar halus dari kejauhan membuat mata tidak lelah untuk memandang. Jadi tidak heran kalau wisatawan yang datang banyak yang mengabadikan moment tersebut dengan berfoto-foto meskipun cuacanya sangat panas.


Dan kamipun tidak mau kalah dengan wisata lain dan menyempatkan untuk berfoto sebelum berkeliling di Pura Uluwatu. Sudah cukup lelah akhirnya kami memutuskan untuk pulang ke penginapan dan beristirahat untuk melanjutkan hari esok.



Hari kedua


Hari ini kami berdua melanjutkan liburan dengan berwisata ke Pantai Pandawa. Jalan menuju Pantai Pandawa terdapat pasir pasir putih yang ternyata itu adalah serpihan dari batu kapur. Konon katanya, daerah Pantai Pandawa adalah gunung kapur yang kemudian terbelah menjadi dua. Kalau dilihat dari bentuknya memang sedikit menyerupai gunung kapur yang menjulang tinggi. Disela-sela temboknya terdapat beberapa patung Dewa.


Setelah sampai di Pantai Pandawa langsung di sambut dengan ditawarkan permainan air yang ada di Pantai Pandawa yaitu bermain Kanu. Bermain Kanu dikenai harga Rp 50.000 itu bisa bermain sampai bosan. Kemudian untuk sewa tempat duduk dipinggir pantai juga dikenakan harga Rp 50.000. 


Bermain kanu sedikit gampang-gampang susah, namun sebelum mulai bermain kami diarahkan oleh Bli bagaimana cara menjalankan kanu. Dan tidak lupa kamipun menggunakan alat pengaman pelampung. Setengah jam terombang ambing diatas kanu membuat kakak saya merasa mual. Akhirnya kami memutuskan untuk pergi ke pinggir pantai dan menyudahi permainan kanu dan melanjutkannya berenang biasa.


Air lautnya yang sangat asin lama kelamaan membuat mata saya pedih. Perut juga sudah mulai terasa lapar, tetapi kakak saya tidak mau makan ditempat, ia mengajak saya untuk makan nasi jinggo yang merupakan makanan khas asal Bali. Memang kamu bisa menemui banyak orang yang berjulan nasi jinggo, tapi ada nasi jinggo asli buatan bali yang kami suka yang tempatnya di dekat Pura arah satu jalan. Makan nasi jinggo tidak cukup satu bungkus, bisa 2-3 bungkus sekali makan karena rasanya yang nagih. Harga satu bungkus nasi jinggo Rp 7.000 saja. Setelah beli nasi jinggo untuk santapan makan malam, kami langsung bergegas pulang kepenginapan dan beristirahat untuk melanjutkan hari esok.



Hari Ketiga


Hari ini merupakan hari terakhir kami berlibur di Bali. Sedih rasanya, karena kapan lagi punya qualitytime bareng kakak yang udah sibuk dengan urusan dan pekerjaan masing-masing. Jadi hari terakhir kami gunakan untuk melihat sunrise di Pantai sanur yang lokasinya sangat jauh dari Legian.



Setelah itu siangnya kami berkeliling untuk belanja oleh-oleh titipan keluarga dirumah dan teman masing-masing. Dari satu tempat ke tempat yang lain sampai semua lengkap dibeli. Seselesainya kami langsung balik menuju penginapan untuk menaruh semua oleh-oleh. Setelah itu kami makan siang di warung nasi campur Bu Oki lagi, dengan begitu kami kembali melewati rute favorite lagi yaitu jalan di atas jalan tol laut, yuhuuuu…


Penutup hari terakhir kami lakukan di La Planca yang berlokasi di Seminyak tidak terlalu jauh dari tempat penginapan. Akhirnya di La Planca kami menikmati sunset yang indah ditemani dengan warna warni khas La Planca. Semakin sore suasana semakin romantis saja, andai kami berdua bersama dengan pasangan masing-masing pasti akan menjadi penutup liburan termanis kali ini. Hari semakin gelap kami pun langsung bergegas balik ke penginapan dan membeli makanan untuk makan malam. Setelah itu kami pun beristirahat agar tidak telat sampai bandara besok paginya.


Kemanapun dan dimanapun tempat kita berlibur, kalau bersama orang yang kita sayangi pasti akan terasa sangat menyenangkan.


Can’t wait for our next trip Abang…