Wednesday, January 18, 2017

Trip Ke Bali Yang Penuh Sensasi

Naik kereta api tut.. tut.. tut.. siapa hendak turun, ke Bandung Surabaya
Bolehlah naik dengan percuma
Ayo kawanku lekas naik, kereta ku tak berhenti lama.


Begitulah  sepenggal lirik lagu “Naik Kereta Api” yang sering dinyanyikan oleh anak-anak. Sama seperti saya, sore itu saya sedang mengisi waktu liburan dengan bermain sambil mengajarkan adik sepupu saya menyanyikan lagu tersebut.


Obrolan tentang kereta pun berlanjut antara saya dengan kakak laki-laki saya. Kami berdua membahas tentang Commuter Line yang sudah memiliki kemajuan. Kebetulan kakak laki-laki saya juga sedang ambil cuti kerja dan saya libur semesteran, akhirnya kami memutuskan untuk pergi bersama yang kemanapun tujuannya harus naik kereta api. Pilihan awal kami berdua adalah ke Jogja. Kami langsung membukan aplikasi pemesanan tiket di Tiket.com untuk mencari tau harga kereta api sesuai dengan jenis kereta api yang akan kita naiki.


Ditengah pencarian harga dan kereta api, tiba-tiba kami berdua berubah pikiran untuk merubah rencana untuk berlibur ke Pulau Dewata, Bali. Setelah sepakat kami pun mencari harga tiket kereta api menuju Bali. Ternyata tidak ada tiket kereta api yang bisa langsung dari Jakarta menuju Banyuwangi. Jadi mau tidak mau kami berdua harus melakukan trip secara estafet dari Jakarta menuju Surabaya, kemudian dari Surabaya kami harus berganti kereta lagi untuk sampai ke stasiun Banyuwangi.


Setelah itu, kami bedua segera bergegas untuk membeli tiket secara langsung di Indomart. Kami berdua memilih untuk naik kereta api kelas ekonomi AC, KA. KertaJaya untuk sampai ke Surabaya dengan harga Rp 265.000 per orangnya. Kemudian dari Surabaya menuju Denpasar kami menaiki KA. Mutiara Timur kelas bisnis dengan harga Rp 167.000 per orang. 


Dari Jakarta kami berdua tidak mencari atau memesan peginapan terlebih dahulu, karena kami berencana untuk mencarinya sendiri jika sesampainya di Bali. Setelah tiket sudah ditangan, kami melakukan packing barang-barang apa saja yang dibutuhkan dan jangan lupa selalu membawa identitas diri. 


Karena perjalanan kali ini menggunakan kereta api, untuk mempermudah naik turun kendaraan nanti kami memutuskan untuk menggunakan caarrier atau tas gunung. Dan untu perjalanan pulang nanti, kami berdua memutuskan untuk naik pesawat karena beberapa pertimbangan yang sudah kami pikirkan salah satunya jika kami berdua membawa oleh-oleh makanan yang mudah basi atau barang pecah belah yang mudah rusak. Kebayang dong kalau naik kereta akan lebih sulit dibandingkan dengan naik pesawat??



Tut.. Gujes Gujes.. Yuhuu perjalanan trip ke Bali dimulai !


Perjalanan akan kami mulai dari stasiun gambir menuju Surabaya. Kami mulai menaiki kereta dan mencari nomor kursi yang sesuai dengan tiket yang sudah dicetak. Tepat pukul 16:00 sore, perjalanan kami dari stasiun gambir Jakarta menuju Surabaya dimulai.


Perjalanan yang panjang dan membutuhkan banyak waktu tidak membuat kami khawatir kelaparan, karena kami membawa perbekalan cemilan yang sangat cukup dimakan selama perjalanan. Selain itu kami juga bisa memesan makanan dan minuman di dalam kereta karena kereta yang kami naiki memiliki restaurant sendiri. Saya dan kakak saya membeli nasi goreng seharga Rp 25.000 untuk satu box nya. Jangan mengharapkan makan nasi goreng di kereta seenak nasi goreng buatan rumah karena rasanya tentu berbeda, dan harganya pun terbilang lumayan mahal.



Sesampainya  di stasiun Surabaya..


Setelah kurang lebih 12 jam perjalanan, akhirnya kami sampai di stasiun Surabaya pada pukul 04:30 pagi. Kami berdua keluar stasiun dan mencari masjid untuk melakukan ibadah sholat subuh sebelum melanjutkan perjalanan menuju stasiun Banyuwangi  Baru. Setelah selesai, kami berdua bertemu dengan banyak para backpacker dari Malaysia yang juga ingin ke Bali.


Asik berbincang-bincang kami pun lapar dan segera mencari makanan untuk sarapan. Nasi uduk jadi pilihan, tidak cukup makan hanya satu bungkus karena ukurannya yang kecil. Satu bungkus nasi uduk hanya Rp 3.000 saja, lumayan untuk mengisi perut kosong setelah berjam-jam di perjalanan.


Waktu juga menenjukan pukul 07:00 pagi, namun kereta mutiara timur tidak kunjung datang juga. Penumpang yang menunggu sudah tidak beraturan, ada yang tidur di sofa tunggu, hingga dilantai. Ternyata kereta yang akan membawa kami ke Banyuwangi itu tertahan karena adanya genangan air yang menutupi rel di daerah Sidoardjo.


Setelah berjam-jam menunggu akhirnya kereta datang pukul 11:00 siang, sungguh ngaret karena harusnya kami bernagkat dari stasiun Surabaya menuju Banyuwangi pukul 07:00 pagi. Kamipun segera masuk dan mencari tempat duduk. Perjalanan menuju stasiun Banyuwangi Baru akan lebih lama karena kereta harus muter lebih jauh untuk menghindari kawasan banjir. Seharusnya kami bisa sampai di stasiun Banyuwangi malam, tetapi karena muter terlalu jauh diperkirakan kami akan sampai di Stasiun Banyuwangi Baru pada pagi hari.



Tiba di stasiun Banyuwangi Baru


Mmmhhhh.. udara pagi Banyuwangi yang sejuk terhidup dalam-dalam. Akhirnya kami tiba di stasiun Banyuwangi Baru pada pukul 05:30. Setelah sampai, kami harus melanjutkan perjalanan menuju Kota Denpasar dengan menggunakan bus DAMRI untuk selanjutnya menyebrang dari pelabuhan ketapang menuju Selat Bali menuju pelabuhan Gilimanuk. Sambil menunggu bus DAMRI datang, kami sarapan pagi di depan stasiun Banyuwangi makanan nasi pedas mirip dengan nasi uduk dan langsung kami lahap.


Akhirnya setelah menunggu, bus DAMRI pun datang dan kami langsung bergegas masuk ke dalam bus. Ongkos bus DAMRI dikenakan Rp 60.000 per orang itu sudah termasuk ongkos masuk pelabuhan. Kurang lebih 1 setengah jam akhirnya kami sampai di pelabuhan gilimanuk dan langsung melanjutkan perjalanan yang cukup lama 3-4 jam lagi untuk sampai di terminal ubung, Denpasar.


Karena perjalanan yang cukup jauh, bus DAMRI yang kita tumpangi berhenti di salah satu restaurant yang bisa menjadi tempat pemberhentian bus. Kami pun beristirahat dengan menikmati es kelapa dan nasi campur khas bali beserta sate lilitnya. Yummm… rasa lelah sedikit terbayarkan.



Sampai di terminal ubung


Dari terminak ubung kami memutuskan untuk naik taksi ke daerah Legian, lokasi yang kami pilih untuk mencari tempat penginapan. Mengapa harus di Legian? Karena lokasinya yang ramai dan strategis dekat dengan tempat wisata pantai Kuta. Sesampainya di Legian, tidak jauh dari tempat kami turun taksi, kami mencari tempat penginapan yang cocok dan nyaman untuk disinggahi. Akhirnya kami dapat disalah satu penginapan yang memiliki berbagai range harga kamar. Untuk yang tidak ber-AC dikenakan biaya Rp 90.000 – 150.000 per malam, harga berbeda disesuaikan ukuran kamarnya. Selain itu untuk yang AC dikenakan biaya Rp 300.000 per malamnya.


Akhirnya tubuh ini bertemu juga dengan tempat tidur. Lelah rasanya dan hari juga mulai malam kamipun beristirahat untuk melanjutkan liburan kami di hari esok.



Hari pertama di Bali


Bagi kami berdua, tidak ke Bali namanya kalau tidak makan nasi campur Bu Oki. Meskipun jaraknya cukup jauh dari tempat penginapan kami, tidak membuat kami putus asa untuk menuju tempat nasi campur yang berlokasi di Jimbaran. Tempat penginapan kami menyewakan jasa pinjam motor, kami pun langsung menyewanya dengan menitipkan KTP salah satu dari kami. Akhirnya KTP kakak saya dijadikan jaminan untuk sewa motor selama 3 hari di Bali dengan harga Rp 300.000. Bagi kamu yang akan berlibur ke Bali sebaiknya menggunakan motor saja agar bisa lebih cepat menuju tempat wisata yang jaraknya banyak yang berjauhan.


Setelah dapat peminjaman motor, kami langsung bergegas menuju tempat nasi campur Bu Oki. Rute perjalanan menuju tempat makan menjadi rute favorite, karena kami akan berjalan diatas jalan tol atas laut. Jadi disepanjang menuju Jimbaran saya bisa melihat luasnya hamparan laut Bali dan pesawat yang akan lepas landai. Jalan tol tersebut menyediakan dua jalur untuk motor dan mobil.


Sampai di tempat makan kami membagi tugas, saya mencari tempat duduk dan kakak saya memesan makanannya. Kalau tidak begitu kami berdua tidak akan mendapat tempat duduk karena warung nasi Bu Oki ini selalu ramai dan menjadi incaran para pengunjung yang berlibur di Bali. Harga nasi campur bu Oki kisaran Rp 20.000, harganya yang terbilang murah namun rasanya mewah.


Selesai makan, kami langsung berpindah tempat menuju wisata Uluwatu. Di tengah perjalanan, helm yang saya pakai terlepas dan jatuh kejurang yang ada di pinggir jalan. Sedih dan panik karena bingung bagaimana pulangnya kalau saya tidak memakai helm. Selain tidak aman, kami juga tidak bisa pulang melewati tol atas laut lagi.



Sampai di wisata Uluwatu


Sesampainya di Uluwatu kami langsung menuju loket tiket, harga masuk untuk satu orang dikenakan biaya Rp 15.000. Sebelum masuk para wisatawan diminta untuk memakai kain yang dipakai dengan cara dililitkan di bagian pinggang. Saya merasa sedikit kesulitan karena ikatan yang dipakai oleh “Bli” sapaan untuk setiap pria di Bali berbeda dengan hasil ikatan saya sendiri. Akhirnya saya dibantu untuk mengikat kain tersebut di pinggang saya.


Masuk ke dalam Uluwatu kami bertemu dengan banyak monyet jahil yang bisa tiba-tiba merampas barang pengunjung. Di sarankan untuk kamu yang ingin menuju ke tempat ini jangan mengeluarkan barang yang bisa dengan mudah di rampas oleh monyet-monyet contohnya seperti kacamata, jepit rambut dan lain sebagainya. Tapi jangan takut, karena ada petugas yang akan memantau dan mengawasi jika kamu memerlukan bantuan.


Wahh… pesona air laut biru yang terlihat dari atas membuat jatuh cinta bagi siapa saja yang melihatnya. Deburan ombak yang terdengar halus dari kejauhan membuat mata tidak lelah untuk memandang. Jadi tidak heran kalau wisatawan yang datang banyak yang mengabadikan moment tersebut dengan berfoto-foto meskipun cuacanya sangat panas.


Dan kamipun tidak mau kalah dengan wisata lain dan menyempatkan untuk berfoto sebelum berkeliling di Pura Uluwatu. Sudah cukup lelah akhirnya kami memutuskan untuk pulang ke penginapan dan beristirahat untuk melanjutkan hari esok.



Hari kedua


Hari ini kami berdua melanjutkan liburan dengan berwisata ke Pantai Pandawa. Jalan menuju Pantai Pandawa terdapat pasir pasir putih yang ternyata itu adalah serpihan dari batu kapur. Konon katanya, daerah Pantai Pandawa adalah gunung kapur yang kemudian terbelah menjadi dua. Kalau dilihat dari bentuknya memang sedikit menyerupai gunung kapur yang menjulang tinggi. Disela-sela temboknya terdapat beberapa patung Dewa.


Setelah sampai di Pantai Pandawa langsung di sambut dengan ditawarkan permainan air yang ada di Pantai Pandawa yaitu bermain Kanu. Bermain Kanu dikenai harga Rp 50.000 itu bisa bermain sampai bosan. Kemudian untuk sewa tempat duduk dipinggir pantai juga dikenakan harga Rp 50.000. 


Bermain kanu sedikit gampang-gampang susah, namun sebelum mulai bermain kami diarahkan oleh Bli bagaimana cara menjalankan kanu. Dan tidak lupa kamipun menggunakan alat pengaman pelampung. Setengah jam terombang ambing diatas kanu membuat kakak saya merasa mual. Akhirnya kami memutuskan untuk pergi ke pinggir pantai dan menyudahi permainan kanu dan melanjutkannya berenang biasa.


Air lautnya yang sangat asin lama kelamaan membuat mata saya pedih. Perut juga sudah mulai terasa lapar, tetapi kakak saya tidak mau makan ditempat, ia mengajak saya untuk makan nasi jinggo yang merupakan makanan khas asal Bali. Memang kamu bisa menemui banyak orang yang berjulan nasi jinggo, tapi ada nasi jinggo asli buatan bali yang kami suka yang tempatnya di dekat Pura arah satu jalan. Makan nasi jinggo tidak cukup satu bungkus, bisa 2-3 bungkus sekali makan karena rasanya yang nagih. Harga satu bungkus nasi jinggo Rp 7.000 saja. Setelah beli nasi jinggo untuk santapan makan malam, kami langsung bergegas pulang kepenginapan dan beristirahat untuk melanjutkan hari esok.



Hari Ketiga


Hari ini merupakan hari terakhir kami berlibur di Bali. Sedih rasanya, karena kapan lagi punya qualitytime bareng kakak yang udah sibuk dengan urusan dan pekerjaan masing-masing. Jadi hari terakhir kami gunakan untuk melihat sunrise di Pantai sanur yang lokasinya sangat jauh dari Legian.



Setelah itu siangnya kami berkeliling untuk belanja oleh-oleh titipan keluarga dirumah dan teman masing-masing. Dari satu tempat ke tempat yang lain sampai semua lengkap dibeli. Seselesainya kami langsung balik menuju penginapan untuk menaruh semua oleh-oleh. Setelah itu kami makan siang di warung nasi campur Bu Oki lagi, dengan begitu kami kembali melewati rute favorite lagi yaitu jalan di atas jalan tol laut, yuhuuuu…


Penutup hari terakhir kami lakukan di La Planca yang berlokasi di Seminyak tidak terlalu jauh dari tempat penginapan. Akhirnya di La Planca kami menikmati sunset yang indah ditemani dengan warna warni khas La Planca. Semakin sore suasana semakin romantis saja, andai kami berdua bersama dengan pasangan masing-masing pasti akan menjadi penutup liburan termanis kali ini. Hari semakin gelap kami pun langsung bergegas balik ke penginapan dan membeli makanan untuk makan malam. Setelah itu kami pun beristirahat agar tidak telat sampai bandara besok paginya.


Kemanapun dan dimanapun tempat kita berlibur, kalau bersama orang yang kita sayangi pasti akan terasa sangat menyenangkan.


Can’t wait for our next trip Abang…


Monday, November 14, 2016

Kulit Ayam Babe Jawaranya Kota Depok

Kalau mau ngomongin soal kuliner, Kota Depok rajanya. Berbagai jenis makanan dari mulai cemilan hingga makanan berat bisa kamu temui disini. Karena banyak sekali berjejer tempat makanan serta cafe-cafe unik di sepanjang jalan Margonda Raya.

Jadi jangan heran kalau Depok menjadi incaran para pelancong kuliner. Dan jangan kaget kalau anda melewati jalan Margonda Raya ini pada hari sabtu dan minggu karena tingkat kemacetan di kawasan ini sangat parah. Ternyata kuliner enak di daerah Depok ini tidak hanya ada dalam mal atau ruko-ruko sepanjang jalan Margonda Raya saja, seperti tempat makan kaki lima yang berada di Jalan Siliwangi yang satu ini menjadi incaran para penikmat kuliner terutama anak muda.




Ini dia Warung Ayam Goreng Babe yang bisa menggoyah lidah para penikmat kuliner dengan pilihan menu yang ada.

Ini Dia Menu Favorite Kulit Ayam 

Warung Ayam Goreng Babe merupakan warung jajanan kaki lima yang menjual ayam goreng potongan dan berbagai macam sate seperti sate usus, sate ati ampela dan yang paling favorite disini adalah sate kulit ayamnya. Sekali mencoba dijamin bisa bikin kamu jatuh hati dengan rasanya.Sambal kacang khas ayam goreng babe yang nggak akan kamu temui ditempat lain, jika di makan berbarengan dengan gurihya kulit ayam bisa bikin nafsu makan kamu meningkat.



Warung Ayam Babe ini sudah berdiri sejak tahun 1997 dan di dirikan sendiri oleh Abud yang kerap di sapa Babe. Saat itu masih berjualan menggunakan gerobak biasa di lokasi pertamanya di Jalan Mangga Raya.
Nama "Warung Ayam Babe" sendiri berasal dari sebutan para pelanggan yang sering menyebutnya sebagai Warung Ayam Babe hingga terkenal seperti sekarang ini.

Warung Ayam Babe mulai beroperasi dari pukul 17:00 - 21:00, namun terkadang tutup lebih awal karena stock  habis. Sekarang Warung Ayam Babe sudah buka 5 cabang di lokasi yang berbeda yaitu di Jalan Siliwangi arah Depok 2, Bintara, Tugu Ibu, dan dua lainnya merupakan franchise yang berlokasi di Jalan Margonda Raya dan Bogor.

Ayam Babeh Si Pemadam Kelaparan


Ngomongin soal harga, tenang aja karena Warung Ayam Babe ini sangat ramah untuk isi dompet khususnya anak muda. Dari awal buka hingga saat ini hanya naik Rp.1.000,- saja. Untuk satu tusuk sate dihargai Rp. 2.000,- dan harga untuk ayam potongnya Rp. 7.000,- tetapi untuk harga sayap ayam hanya Rp. 3.000,-.

Meskipun harga kaki lima, tapi rasanya bintang lima. Jadi nggak heran dong kalau warung ayam ini selalu di banjiri oleh para pelanggan setianya. Salah satunya Icha, pelanggan setia ayam babe yang sering makan disini.

"Pesen porsi banyak tapi tetep murah udah gitu ngenyangin lagi", Ujar Icha.

Saat ini Warung Ayam Goreng Babe di pimpin oleh ketiga anaknya salah satunya Arif Johan (34), karena Babe sudah meninggal dunia pada tahun 2015 lalu.

Perharinya Warung Ayam Goreng Babe ini bisa menghabiskan kurang lebih 50 kg kulit ayam dan 8 ekor ayam yang bisa ludes hanya dalam hitungan jam saja. Apalagi kalau malam sabtu dan malam minggu jumlah pengunjung bisa hingga 500 orang.

Jadi jangan heran kalau bisnis ayam goreng ini menghasilkan pendapatan yang cukup besar, karena perharinya saja bisa sampai 3,4 juta rupiah.

Kesuksesan bisnis Warung Ayam Goreng Babe tidak langsung di dapat dengan mudah, namun merintis dari awal susahnya berjualan kaki lima hingga bisa menjadi bisnis ayam terkenal di Depok seperti sekarang ini.



"Sebagai pemula jangan takut buat mencoba, sabar, tekun dan gigih serta rajin", Ujar Arif pemilik Warung Ayam Goreng Babe.

Pada dasarnya kesuksesan bisa saja didapat, tergantung bagaimana kita melihat peluang untuk meraih kesuksesan tersebut.

Tuesday, November 1, 2016

Kunci Dibalik Kesuksesan Kedai Es Krim Legendaris


Ragusa Italian Ice Cream (Source : Google)

 Jangan lihat dari usianya yang terbilang tua, tetapi lihatlah kesuksesannya. Kedai es krim yang sudah berdiri sejak tahun 1932 ini memiliki sisi lain yang unik untuk dikulik. Ragusa Italian Ice Cream ini pertama kali di dirikan oleh dua orang pria asal Italia yaitu Mr. Luigi Ragusa dan Vicenco Ragusa.
Awalnya ke dua bersaudara itu datang ke Indonesia hanya untuk belajar taylor. Setelah tiba di Indonesia mereka pergi ke daerah Bandung dan disitulah bertemu dengan seorang wanita sebagai kekasihnya yang memiliki sebuah peternakan sapi. 

Saat itu sapi-sapi ternaknya menghasilkan susu yang sangat berlimpah, kemudian mereka membuka sebuah toko dan memanfaatkan hasil susu tersebut dengan membuatnya menjadi es krim. Tidak disangka es krim buatan mereka laku dan banyak yang menyukai. Kejadian tersebut berlangsung pada tahun 1931 lalu. 

Satu tahun kemudian yaitu pada tahun 1932 mereka mencoba membuka di daerah Pasar Gambir yang berada di lapangan IKADA yang sekarang lebih terkenal dengan Pekan Raya Jakarta. Di lokasi ini Ragusa hanya bertahan selama 14 tahun saja karena saat itu Ragusa mengalami purunan pelanggan dan pendapatan.


Lokasi Kedai Es Krim Ragusa Saat ini
 
Tahun 1947 merekapun memutuskan mencari lokasi baru Ragusa, akhirnya mereka memilih sebuah tempat yang berlokasi di Jalan Veteran 1 No.10, Jakarta Pusat. Hingga saat ini, Ragusa tetap berdiri di lokasi tersebut. Selain  berlokasi di Jalan Veteran, Ragusa memiliki lokasi pertama yang bertempat di Duta Merlin Plaza lantai 5.
 
Nama dari kedai es krim Ragusa ini ternyata diambil dari marga kebangsaan Itali asli. Konon katanya, citra rasa dari es krim Ragusa masih tetap sama dari dulu hingga saat ini. Menu yang paling disukai oleh pelanggan setia Ragusa ada beberapa varian rasa diantaranya Tutti Frutti, Cassata Siciliana, Vanilla, Chocolate, Mocca, Strawberry, dan Nougat. Untuk harga es krimnya, Ragusa mematok harga yang terbilang cukup terjangkau. Jika ada kenaikan harga, mereka hanya menaikan harganya sedikit. 


Saat ini Ragusa Italina Ice Cream ini di pimpim oleh Ibu Hj. Sias Mawarni. Kedai es krim ini dihibahkan ke Ibu Hj. Sias Mawarni pada tahun 1972 setelah adik dari pimpinannya dahulu meninggal dunia, dan hingga saat ini belum ada generasi yang meneruskan usaha ini karena yang mengelola bisnis es krim ini masih Ibu Hj. Sias sendiri. 

Kesuksesan kedai es krim ini bukan hanya citra rasa dan sejarah dari Ragusa itu sendiri. Rahasia pertama yang di katakana langsung oleh Ibu Hj. Sias. Pertama, Ragusa berbeda dengan es krim lainnya, perbedaan tersebut terletak pada bahan dasar pembuatan es krim itu sendiri. Jika es krim lain menggunakan butter, Ragusa masih menggunakan bahan dasar susu dan tidak menggunakan bahan pengawet makanan. 

Ice Cream Favorite, Chocolate Sundae

Ada yang unik dari rahasia kedua dari suksesnya kedai es krim legendaris ini. Ibu Hj. Sias pemilik kedai es krim Ragusa ini memiliki suatu kepercayaan yaitu dengan melakukan sebuah kebaikan kepada orang lain dan menyayangi kedua orang tua, dengan begitu kesuksesan akan dapat diraih dengan mudah. Dalam kehidupan kesehariannya Ibu Hj. Sias juga memiliki banyak kegiatan sosial salah satunya adalah memberikan ilmu kepada orang lain yang mau belajar masak secara cuma-cuma.

“Kalau mau jadi orang kaya mah gampang, pokoknya kite musti saying orang tua. Terutama ibu karena surga ada di telapak kaki ibu, kuncinya itu” Ujar Ibu Hj. Sias Mawarni.

Meskipun Ragusa merupakan kedai es krim legendaris, tetapi masih tetap eksis hingga saat ini bahkan tidak kalah dengan banyaknya cafe-cafe unik yang ada di Jakarta. Buktinya saja, Ragusa memiliki pelanggan setia selama bertahun-tahun bukan hanya berasal dari Jakarta namun dari berbagai daerah.

Salah satu pelanggan setia Ragusa yaitu Rista Nining yang memberikan sedikit ceritanya tentang alasan mengapa ia masih tetap berkunjung ke kedai es krim legendaris ini. Rista mengatakan kalau dirinya datang ke Ragusa selain suka dengan es krimnya, ia juga selalu ingat pada sosok ayahnya yang telah tiada sejak lama dan dahulu sejak ia kecil ayahnya sangat suka dengan es krim Ragusa. 

“Ya dulu pas saya masih seumur sd kalo nggak salah, saya suka ngambek ke almarhum ayah saya minta beliin es krim, kebetulan ayah saya suka banget nih kesini. Makanya kalo kesini kadang suka inget gimana gitu, lagian saya juga suka sama es nya enak,” Ujar Rista pelanggan setia Ragusa. 

Suasana di kedai es krim Ragusa yang bertempat di Jalan Veteran juga mampu membuat rasa bernostalgia kamu lebih terasa. Terlihat pada bagian dinding ada banyak berbagai macam lukisan dari pahatan kayu klasik, kursi-kursi kayu dan foto-foto Ragusa pada zaman dahulunya. Selain itu berbagai macam penghargaan yang berhasil di raih Ragusa juga terlihat terpasang dalam bingkai yang bergantung di dinding. 

Selain Ragusa, masih ada kedai es krim yang masih bertahan dari dulu hingga saat ini. Es krim baltic yang terletak di Jalan Kramat Jaya, Jakarta Pusat ini sudah berdiri sejak tahun 1939. Meskipun keduanya sama-sama merupakan es krim legendaris di Jakarta, tetapi tetap saja ada perbedaannya. 

Source : Google

Mulai dari cita rasa, menu es krim yang ditawarkan, hingga harganya pun terbilang sangat berbeda. Es krim baltic memiliki rasa es yang enak dan juga teksturnya yang lembut. Karena harganya yang terjangkau es krim ini menjadi incaran para pelajar yang sering kali datang disaat jam pulang sekolah.
Berbagai varian rasa yang di kedai es krim ini diantaranya Lolly Frutti, Tutti Frutti, Cokelat, Choco Stick, Durian, Kopyor, Mangga, dan Sirsak. Kemudian untuk yang dua rasa ada Mocca Kopyor, Alpukat Cokelat, dan Alpukat Strawberry. 

Source : Google

Es krim batic juga dibuat dengan baham dasar alami seperti susu segar dan buah-buahan asli. Makanya hingga saat ini es krim baltic masih tetap laris meskipun sudah lama. Bisa di katakan kedua kedai es krim legendarsis ini memang masih bertahan hingga saat ini dan tetap menjadi incaran para penikmat es krim dari berbagai kalangan.

Slum On The Edge Of Jakarta (Kampung Kumuh)

Aroma tak sedap menjadi ciri khas dari sebuah kerajaan. Kerajaan loak yang terletak di Pejaten, Jakarta Selatan menjadi saksi bisu betapa kerasnya perjuangan hidup ditengah Ibu Kota Jakarta. Dalam kerajaan tersebut terdapat 9 lapak, yang dari masing-masing lapaknya terdapat sekitar 10 kepala keluarga. Setiap harinya mereka hanya mencari barang bekas yang masih memiliki harga jual. Mereka menjadikan pekerjaan itu sebagai tumpuan hidup keluarga mereka. Susahnya hidup di Ibu Kota tidak membuat mereka menyerah begitu saja, justru membuat mereka semangat untuk menjadi lebih baik. Dengan bantuan tenaga pengajar dari berbagai universitas di bawah naungan Green Indonesia Foundation kehidupan mereka lebih berwarna. Mereka jadi dapat mempelajari banyak hal, agar kedepannya nanti hidup mereka tidak hanya bergantung dari barang-barang loak 

                           
(Kaum ibu dan gelas bekas)
pict by : Eka Nur Septia
("Nyore" berkumpul bersama tetangga, saudara terdekat)
pict by : Sony Wicaksono

(Memilah secarik kertas, untuk sesuap nasi)
pict by : Sony Wicaksono
(Anak adalah titipan Tuhan yang amat berharga)
'pict by : Sumayya

(Berkumpul di sore hari bersama buah hati)
pict by : Eka Nur Septia
(Mencari rezeki dengan menguras seluruh tenaga)
pict by : Sony Wicaksono
(Berserah diri kepada Yang Maha Kuasa, kunci ketenangan hidup)
pict by : Sumayya

(Memikul demi kelangsungan hidup)
pict by : Sony Wicaksono
(Tetap penuih harapan, anak bangsa)
pict by : Eka Nur Septia
(Pengejar matahari keluar dari semak barang loak)
pict by : Sumayya
 

Pameran Foto Indonesian Heritage

Pameran foto yang diselenggarakan di Erasmus menampilkan 10 foto terbaik karya para photografer jurnalis penerima permata Photo Journalist Grant 2014. Foto-foto yang ditampilkan berisikan tentang kesenian yang ada di Indonesia, dari 10 foto yang ditampilkan ada beberapa foto yang mencuri perhatian saya karena terdapat kisah dan makna dari foto-foto tersebut.

Cokek Sang Penghibur
Captured by : Anggara Mahendra
Kontributor Bali Buzz (The Jakarta Post Group)
    
 Foto ini menceritakan tentang sebuah hiburan yang bernama cokek yang dimana hiburan ini hanya  bisa dinikmati oleh kelas menengah atas di Cina Benteng, Tanggerang, Banten. Namun sekarang seiring berjalannya waktu hiburan ini sudah bisa dinikmati oleh siapapun karena adanya proses adaptasi, efek dari modernisasi. Hiburan cokek ini menyajikan lagu-lagu dalem yang berbentuk pantun dalam bahasa melayu. Saat itu cokek menjadi salah satu simbol status sosial bagi para pemimpin masyarakat Tionghoa, sehingga tidak sembarang orang berani mendekati sang wayang. Hingga saat ini hiburan Cokek masih tetap ada, namun dalam bentuk yang baru.

Trilogi Kopi
Captured by : Muniroh
Sinar Harapan
 
 Foto ini menceritakan bagaimana gambaran dari historis perjalanan kopi dalam konteks perdagangan dan kebudayaan. Trilogi kopi yang menghubungkan tiga hal yang saling bergantung antara pedagang, pegawai, dan pembeli. Kopi yang diceritakan adalah kopi ‘Bis Kota’ dimana kopi ini adalah bukan kopi biasa melainkan kopi adalah sebagi teman perjalan hidup keluarga penjual dan pembelinya. Cerita kopi ‘Bis Kota’ ini berasal dari Wong Hin yang berasal dari Cina, mengawali dengan mengantar kopi ke rumah orang-orang dengan menggunakan sepeda onthel. Cerita perjalan kopi ‘Bis Kota’ sangat panjang hingga tiga generasi. Ketika generasi ketiga bertemu di warung kopi, saat itulah cerita yang baru dapat dikisahkan kepada anak cucu mereka kelak. 

Miss Tjitjih Kian Tertatih
Captured by : Wahyu Purno Arinto
LKBN Antara

Foto ini adalah salah satu foto dari kelompok kesenian yang telah menghibur penonton sejak di Batavia hingga sekarang di Cempaka Putih, Kemayoran, Jakarta. Miss Tjitji masih terus mempertahankan bahasa sunda dalam setiap pementasannya. Dari tahun ke tahun, hingga berganti generasi, cerita pementasan mereka masih tetap sama sebagian besar mengangkat serita horor seperti “kuntilanak warung doyong”, “kehidupan alam kubur”, dan “beranak dalam kubur”. Kelompok kesenian sandiwara Miss Tjitji juga dianggap sebagai pelopor teater modern terus menerus sepanjang zaman. Namun dibalik itu semua permasalahan materi adalah yang menjadi salah satu kendala bagi kelompok kesenian Miss Tjitji untuk mempertahankan dari kepunahan. 

Suara Dari Bharata
Captured by : Ricky Martin
Majalah Bobo

Foto ini menceritakan tentang bagaimana kehidupan seorang seniman WO Bharata. Walaupun mereka hidup dalam kesederhanaan dalam keterbatasan ekonomi, semangat mereka dalam melestarikan budaya Jawa di tengah Metropolitan Jakarta tak pernah surut. Berbagai penghargaan berhasil mereka raih di kancah seni tradisi nasional dan internasioal. Selain itu untuk menambah penghasilan bulanan diantara mereka menjadi pelatih tari dan menjadi tenaga konsultan profesional event organizer wayang orang untuk perusahaan atau instansi pemerintahan. Mereka juga memiliki moto “Langgengmu Harapanku, Lestarimu Tanggung Jawabku” dan bagi mereka mencari seorang sarjaan itu gampang, akan tetapi bisakah menyediakan satu orang pemain wayang kulit?

Pewaris Takhta Nakhoda Pinisi
Capured by : Syamsudin Ilyas
Rakyat Merdeka
  Foto ini menceritakan tentang sorang nakhoda bernama Muhammad Basso yang berusia 70 tahun. Sudah selama 45 tahun Basso menjadi seorang nakhoda, berbagai jenis kapal layar tradisional sudah ia nakhodai. Menjadi seorang nakhoda adalah hal yang tidak mudah, selain harus bisa membaca petunjuk alam, seorang nakhoda juga harus memiliki jiwa kepemimpinanyang kuat. Basso juga mengatakan ilmu yang dia pelajari selama ini merupakan hasil terpaan ketika menghadapi kerasnya lautan. Dari tangannya telah banyak lahir nakhoda-nakhoda muda yang dapat diandalkan. Bagi Basso ombak dan badai adalah sahabat, yang tidak perlu dilawan tapi ikuti kemana arahnya haluan.